MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pelajaran matematika juga dalam pelaksanaan pendidikan
diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA),
bahkan pada jenjang Perguruan
Tinggi (PT) juga masih diberikan pelajaran
matematika untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama untuk
bekal masa depan mereka dalam kehidupan masyarakat nantinya. Namun
kenyataannya, pendidikan matematika di Indonesia masih memprihatinkan jika
dilihat dari rendahnya hasil belajar yangdicapaisiswa. Menurut catatan TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study)
lembaga yang mengukurdan membandingkan kemampuan matematika
siswa antar negara yang tertulis pada (http://nces.ed.gov/timss/results07/math07.asp.) pada
tahun 2007
: “Penguasaan matematika siswa grade 8 (setingkat SMP) negara
Indonesia di peringkat ke-36 dari 48 negara. Rerata skor yang diperoleh
siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh di bawah rerata skor
internasional yaitu 500”.
Data tersebut menunjukkan bahwa sejauh ini
Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah dalam hal
prestasi belajar matematika.
Dari pernyataan di atas, secara jelas
menyatakan bahwa pendidikan matematika masih mengecewakan. Waktu yang dihabiskan siswa
Indonesia di sekolah untuk mempelajari matematika tidak sebanding dengan
prestasi yang diraih. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika beberapa diantaranya disebabkan masih
banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang
berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar sehingga
menimbulkan rasa takut untuk belajar matematika. Ketakutan pada pelajaran
matematika dapat juga disebabkan oleh pandangan bahwa matematika merupakan
seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang tepat memilih
dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan materi
bilangan bulat dan pembelajaran yang dilakukan masih banyak didominasi oleh
guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan
keterampilan sehingga siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Kondisi
tersebut juga menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru.
Agar pembelajaran berpusat pada siswa, guru perlu memilih
suatu model pembelajaran yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan
juga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, selama proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah.
Model pembelajaran
berbasis masalah yaitu pembelajaran yang dipusatkan
pada siswa melalui pemberian masalah di awal pembelajaran. Seperti yang
dikemukakan oleh Soedjadi (2000 : 99) bahwa : ” Model
pembelajaran berbasis masalah memulai pembelajaran dengan masalah yang kompleks
misalnya tentang hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dikupas menuju
kepada konsep-konsep sederhana yang terkait”. Dengan pemberian masalah diawal pada pembelajaran berbasis
masalah diharapkan nantinya mampu membawa siswa untuk berpikir kritis, kreatif
dan mempunyai keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan
konsep dasar dari materi yang diajarkan tersebut. Setelah pemberian masalah di awal pembelajaran kemudian
dilanjutkan dengan adanya pengorganisasian siswa untuk belajar, melakukan
penyelidikan dan diakhiri dengan penyajian hasil karya serta pengevaluasian
proses pemecahan masalah. Sehingga dari pemecahan masalah tersebut siswa dapat
menemukan konsep dengan membangunnya sendiri.
Pada pendekatan pembelajaran berbasis
masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama di
antara siswa dan saling membantu menyelidiki
masalah secara bersama. Oleh karena itu siswa perlu diorganisasikan ke dalam kelompok belajar. Seperti yang
diungkapkan oleh Arends (2008 : 43) bahwa : “Model pembelajaran
berbasis masalah ditandai
oleh siswa-siswa yang bekerja bersama siswa yang lain, paling sering secara
berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil”. Bekerja bersama juga
dapat memotivasi siswa untuk memperbanyak melakukan penyelidikan dan dialog
untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam proses
pembelajaran yang berlangsung karena keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pendekatan pembelajaran ini.
Sehingga diharapkan dengan
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan siswa dapat menemukan sendiri bagaimana konsep dari bilangan
bulat tersebut sehingga mereka termotivasi untuk belajar matematika.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
- Apakah model pembelajaran berbasis masalah ?
- Bagaimana
penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap pembelajaran matematika ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model
pembelajaran berbasis masalah
2. Untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran masalah terhadap pembelajaran
matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah
adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009
: 58) bahwa :
” Model pembelajaran
berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran
dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki
sebelumnya (prior knowledge) untuk
membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.
Sedangkan
menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa:
” Model pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri ”.
Model pembelajaran
berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran
yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) :”
Model pembelajaran
berdasarkan masalah) mengacu pada
Pembelajaran Proyek (Project Based
Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education),
Belajar Autentik (Autentic
Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored
Instruction)”.
B. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Berbagai
pengembang menyatakan bahwa ciri
utama model pembelajaran
berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah :
- Pengajuan
pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan
siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini dapat
berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu
kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan.
- Berfokus
pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial)
masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau
dari berbagi mata pelajaran yang lain.
- Penyelidikan
autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini bergantung pada masalah yang
sedang dipelajari.
- Menghasilkan
produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan
atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat
juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer
- Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan
atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar
pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan.
C. Sintaks Pendekatan Model Berdasarkan
Masalah
Pada Model pembelajaran
berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan
memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk
tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)
Tabel 2.1 Sintaks Model pembelajaran
berdasarkan masalah
Fase Ke-
|
Indikator
|
Aktifitas / Kegiatan Guru
|
1
|
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, pengajuan masalah,
memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
2
|
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
3
|
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
|
4
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan kelompoknya.
|
5
|
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.
|
D. Tujuan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran Model pembelajaran
berdasarkan masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa. Menurut Arends (2008:70) bahwa :
“Model pembelajaran
berdasarkan masalah bertujuan
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
pemecahan masalah,
belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan
rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi
pelajar yang mandiri”.
Jadi dalam pembelajaran berdasarkan masalah tugas guru
adalah merumuskan tugas-tugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugas-tugas
pelajaran.
E. Lingkungan
Belajar dan Sistem Manajemen Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Lingkungan belajar model pembelajaran
berdasarkan masalah lebih menekankan pada peranan sentral siswa bukan
guru. Dalam hal ini guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan
pendapatnya dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan
oleh Arends (2008:70) bahwa: ”Lingkungan belajar Model pembelajaran
berdasarkan masalah ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan aktif siswa
dan atmosfer kebebasan berintelektual”. Dalam kenyataan, keseluruhan proses membantu siswa untuk
menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual
mereka sendiri memerlukan keterlibatan.
Salah satu masalah yang cukup rumit
bagi guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana
menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas
lebih awal maupun yang terlambat. Dalam hal ini Trianto (2007 :75) mengatakan
bahwa : ” Model pembelajaran berdasarkan masalah ini siswa dimungkinkan untuk mengerjakan
tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut
berbeda-beda”. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaaan dan pemantauan
kerja siswa yang rumit.
F. Penilaian
dan Evaluasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Hal yang sangat
penting diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian terhadap pembelajaran
yang telah dilakukannya di dalam kelas yaitu menyesuaikan prosedur-prosedur
penilaian dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai oleh guru.
Seperti halnya dalam model pembelajaran
kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus perhatian
pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan, oleh karena itu tugas
penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Menurut Trianto
(2007 : 76) bahwa: ”Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai
dengan Model pembelajaran berdasarkan masalah
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa yang merupakan hasil
penyelidikan mereka ”.
G. Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelebihan
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1.
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan
mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan
memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer
pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan Model pembelajaran berbasis
masalah akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi Model pembelajaran
berbasis masalah
siswa mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara simultan
dan mengaplikasikannyadalamkonteksyangrelevan.
6. Model pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
H.Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Matematika
Adapun contoh penerapan Model pembelajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran matematika dalam hal ini materinya
bilangan bulat adalah sebagai berikut
1. Orientasi
siswa pada masalah
- Guru mengajukan masalah dan meminta
siswa untuk mempelajari masalah berikut :
Sebuah kantor yang berlantai 23. Seorang Karyawan mula-mula berada di lantai
2 kantor itu. Karena ada suatu keperluan ia turun 4 lantai, kemudian
naik 6 lantai. Di lantai berapakah karyawan itu sekarang berada?
2.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
- Membagi siswa
ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang siswa
yang memiliki kemampuan heterogen.
- Meminta siswa mengemukakan ide kelompoknya sendiri tentang menyelesaikan
masalah tersebut.
Misalnya kelompok A menggambarkan sebuah gedung berlantai 23 dengan 3 lantai
berada dibawah tanah dan menggambar seorang karyawan yang berada pada lantai 2.
3. Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
- Membimbing
siswa menemukan penjelasan dan pemecahan
masalah yang diberikan oleh guru.
Misalnya guru memberikan informasi kepada siswa bahwa naik
satu lantai
dinyatakan dengan (+ 1) dan
turun satu lantai
dinyatakan dengan (-1).
Dengan bimbingan guru, siswa menentukan letak karyawan itu di gedung dengan
cara : Karyawan mula-mula berada di lantai 2 kantor itu dinyatakan dengan (+2), kemudian turun 4 lantai
dinyatakan (-4), kemudian naik 6 lantai dinyatakan dengan (+6). Secara
matematis diulis : (2) + (-4) + 6 = 4
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
- Mendorong
siswa untuk menyajikan hasil pemecahan masalah tersebut dengan cara menunjuk
satu kelompok secara acak untuk menuliskan hasil diskusi kelompok di papan
tulis dan kelompok lain menanggapi hasil penyajian kelompok
yang maju.
5. Menganalisa
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Membantu siswa mengkaji ulang proses atau
hasil pemecahan masalah yang telah
dipersentasikan di depan kelas. Kemudian bersama dengan siswa menarik kesimpulan
letak karyawan itu berada pada lantai 4 gedung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian hasil makalah
pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1 Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses
pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan
berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini
akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
2. Model
pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada
pembelajaran ini dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya
membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana
pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai
penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas
tersebut dapat diselessaikan.
B. Saran
1.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan Model yang
efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi
dan mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks
sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika.
2. Kepada guru
yang ingin menerapkan
Model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan kelompok belajar
hendaknya guru perlu memiliki
seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung dengan tertib
tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang
secara cepat dan tepat, juga memiliki panduan bagaimana mengelola
diskusi kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard., (2008), Learning to Teach , Mc.Graw Hill Companies. New York.
Sanjaya,Wina., (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi,
Penerbit Media Group, Jakarta.
Soedjadi, R., (2000), Kiat
Pendidikan Matematika di Indonesia, Depdikbud, Jakarta.
Sudrajad, (2009), Pengertian
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. htpp://akhmad
sudrajad.wordpress.com/
Suyatno, (2007), Menjelajah
Pembelajaran Inovatif, Penerbit Masmedia Buana Pustaka, Surabaya.
TIMMS, (2007), http://nces.ed.gov/timss/results07
Trianto, (2007), Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontruktivistik,. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Penerbit Kencana,
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar