Pages

Diberdayakan oleh Blogger.
 
 
Senin, 14 Januari 2013

Program Based Learning


 
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
BAB I
PENDAHULUAN
                                                                          
A.    Latar Belakang Masalah
Pelajaran matematika juga dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD)  sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan pada jenjang Perguruan Tinggi (PT) juga masih diberikan pelajaran matematika untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama untuk bekal masa depan mereka dalam kehidupan masyarakat nantinya. Namun kenyataannya, pendidikan matematika di Indonesia masih memprihatinkan jika dilihat dari rendahnya hasil belajar yangdicapaisiswa. Menurut catatan TIMSS (Trend in International Mathematics and Science  Study
lembaga yang mengukurdan membandingkan kemampuan matematika siswa antar negara yang tertulis pada (http://nces.ed.gov/timss/results07/math07.asp.) pada tahun 2007 : “Penguasaan  matematika siswa grade 8 (setingkat SMP) negara Indonesia di peringkat  ke-36 dari 48 negara. Rerata skor yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh di bawah rerata skor internasional yaitu 500”.
Data tersebut menunjukkan bahwa sejauh ini Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah dalam hal prestasi belajar matematika.
Dari pernyataan di atas, secara jelas menyatakan bahwa pendidikan matematika masih mengecewakan. Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah untuk mempelajari matematika tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika beberapa diantaranya disebabkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar sehingga menimbulkan rasa takut untuk belajar matematika. Ketakutan pada pelajaran matematika dapat juga disebabkan oleh pandangan bahwa matematika merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang tepat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan materi bilangan bulat dan pembelajaran yang dilakukan masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa model pembelajaran  yang digunakan masih berpusat pada guru.
Agar pembelajaran berpusat pada siswa, guru perlu memilih suatu model pembelajaran yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, selama proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah yaitu pembelajaran yang dipusatkan pada siswa melalui pemberian masalah di awal pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Soedjadi (2000 : 99) bahwa : ” Model pembelajaran berbasis masalah memulai pembelajaran dengan masalah yang kompleks misalnya tentang hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dikupas menuju kepada konsep-konsep sederhana yang terkait”. Dengan pemberian masalah diawal pada pembelajaran berbasis masalah diharapkan nantinya mampu membawa siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan mempunyai keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi yang diajarkan tersebut. Setelah pemberian masalah di awal pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan adanya pengorganisasian siswa untuk belajar, melakukan penyelidikan dan diakhiri dengan penyajian hasil karya serta pengevaluasian proses pemecahan masalah. Sehingga dari pemecahan masalah tersebut siswa dapat menemukan konsep dengan membangunnya sendiri.
Pada pendekatan pembelajaran berbasis masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu menyelidiki masalah secara bersama. Oleh karena itu siswa perlu diorganisasikan  ke dalam kelompok belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Arends (2008 : 43) bahwa : “Model pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja bersama siswa yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil”. Bekerja bersama juga dapat memotivasi siswa untuk memperbanyak melakukan penyelidikan dan dialog untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung karena keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pendekatan pembelajaran ini.
            Sehingga diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat menemukan sendiri bagaimana konsep dari bilangan bulat tersebut sehingga mereka termotivasi untuk belajar matematika.
  
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah ?
  2. Bagaimana penerapan  model pembelajaran berbasis masalah terhadap pembelajaran matematika ?

1.3 Tujuan
    1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran berbasis masalah
    2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran masalah terhadap            pembelajaran matematika.













BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58) bahwa :
Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.

            Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa:
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan  pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri ”.

Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) :” Model pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education),  Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”.
B. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
            Berbagai pengembang  menyatakan bahwa ciri utama  model pembelajaran berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah :
  1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan.
  1. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.
  1. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
  1. Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer
  1. Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat  menyelesaikan permasalahan yang disajikan.










C.    Sintaks Pendekatan Model Berdasarkan Masalah
            Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)
Tabel 2.1 Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah
Fase Ke-
Indikator
Aktifitas / Kegiatan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.
5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.


D.    Tujuan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
            Pembelajaran Model pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Menurut Arends (2008:70) bahwa :
Model pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar yang mandiri”.
Jadi dalam pembelajaran berdasarkan masalah tugas guru adalah merumuskan tugas-tugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugas-tugas pelajaran.
E.     Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
               Lingkungan belajar model pembelajaran berdasarkan masalah lebih  menekankan pada peranan sentral siswa bukan guru. Dalam hal ini guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Arends (2008:70) bahwa: ”Lingkungan belajar Model pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan aktif siswa dan atmosfer kebebasan berintelektual”. Dalam kenyataan, keseluruhan proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan.
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dalam hal ini Trianto (2007 :75) mengatakan bahwa : ” Model pembelajaran berdasarkan masalah  ini siswa dimungkinkan untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut berbeda-beda”. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit.
F. Penilaian dan Evaluasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
            Hal yang sangat penting diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya di dalam kelas yaitu menyesuaikan prosedur-prosedur penilaian dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai oleh guru.
Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Menurut Trianto (2007 : 76) bahwa: ”Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka ”.
G. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1.      Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2.      Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3.       Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4.      Dengan Model pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran  bermakna.
5.      Dalam situasi Model pembelajaran berbasis masalah     siswa     mengintegrasikan pengetahuan dan      ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannyadalamkonteksyangrelevan.
6.      Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan      berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif    siswa/mahasiswa dalam bekerja,    motivasi internal untuk belajar, dan dapat    mengembangkan hubungan    interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2.   Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka      untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.



H.Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam    Pembelajaran Matematika
Adapun contoh penerapan Model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika dalam hal ini materinya  bilangan bulat adalah sebagai berikut
1. Orientasi siswa pada masalah
   - Guru mengajukan masalah dan meminta siswa untuk mempelajari masalah  berikut :
      Sebuah kantor yang berlantai 23. Seorang Karyawan mula-mula berada di  lantai 2 kantor itu. Karena ada suatu  keperluan ia turun 4 lantai, kemudian naik 6 lantai. Di lantai berapakah  karyawan itu sekarang berada?
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
    - Membagi siswa ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang siswa yang memiliki kemampuan heterogen.
    -  Meminta siswa mengemukakan ide kelompoknya sendiri tentang menyelesaikan    masalah tersebut.
       Misalnya kelompok A menggambarkan  sebuah gedung berlantai 23 dengan 3 lantai berada dibawah tanah dan menggambar seorang karyawan yang berada pada lantai 2.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
    - Membimbing siswa  menemukan penjelasan dan pemecahan masalah yang  diberikan oleh guru.
       Misalnya guru memberikan informasi kepada siswa bahwa naik satu lantai           dinyatakan dengan (+ 1) dan turun satu  lantai dinyatakan  dengan (-1).
       Dengan bimbingan guru, siswa menentukan letak karyawan itu di gedung  dengan cara : Karyawan mula-mula berada di lantai 2 kantor itu dinyatakan  dengan (+2), kemudian turun 4 lantai dinyatakan (-4), kemudian naik 6 lantai dinyatakan dengan (+6). Secara matematis diulis : (2) +  (-4) + 6 = 4
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
   - Mendorong siswa untuk menyajikan hasil pemecahan masalah tersebut dengan cara menunjuk satu kelompok secara acak untuk menuliskan hasil diskusi kelompok di papan tulis dan kelompok lain menanggapi hasil penyajian kelompok yang  maju.


5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
   - Membantu siswa mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah yang  telah dipersentasikan di depan kelas. Kemudian bersama dengan siswa menarik  kesimpulan letak karyawan itu berada pada lantai 4 gedung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
         Dari keseluruhan uraian hasil makalah pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1 Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
2.      Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada pembelajaran ini dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan.
B. Saran
1. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan Model yang efektif untuk        pengajaran proses berfikir tingkat tinggi dan mengembangkan pengetahuan     dasar maupun kompleks sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran     matematika.
2. Kepada guru yang ingin menerapkan Model pembelajaran berbasis          masalah  dengan menggunakan kelompok belajar hendaknya guru perlu      memiliki seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung     dengan tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang     menyimpang secara cepat dan tepat, juga memiliki panduan bagaimana     mengelola diskusi kelompok.


DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard., (2008), Learning to Teach , Mc.Graw Hill Companies. New York.

Sanjaya,Wina., (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis      Kompetensi, Penerbit Media Group, Jakarta.
Soedjadi, R., (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Depdikbud,          Jakarta.

Sudrajad, (2009), Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan       Model Pembelajaran. htpp://akhmad sudrajad.wordpress.com/

Suyatno, (2007), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Penerbit Masmedia Buana      Pustaka, Surabaya.

TIMMS, (2007), http://nces.ed.gov/timss/results07

 Trianto, (2007), Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.

 Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Penerbit Kencana, Jakarta.








./Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar

Labels